Selasa, 30 April 2013


Pengertian Penerimaan

Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi seorang produsen. Jadi pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi penerimaan diistilahkan revenue.


Penerimaan Rata-rata (AR = Average Revenue)
Penerimaan rata-rata adalah penerimaan per unit produk yang terjual. Untuk menghitung penerimaan rata-rata dapat dilakukan dengan cara membagi penerimaan total dengan jumlah produk (barang) yang terjual. Jika dirumuskan sebagai berikut :

AR = TR/Q

Keterangan:
AR = penerimaan rata-rata
TR = penerimaan total
Q = jumlah produk yang dihasilkan

Penerimaan Marginal (MR = Marginal Revenue)
Penerimaan Marginal Revenue adalah penerimaan tambahan dari adanya tambahan per unit produk yang terjual. Cara menghitung penerimaan marginal dengan membagi tambahan penerimaan total dengan tambahan jumlah produk yang terjual. Jika dirumuskan sebagai berikut :

MR=TR/Q

Keterangan:

MR=penerimaan marginal

TR=tambahan penerimaan total

Q =tambahan jumlah produk yang dihasilkan




Pengertian Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.


Macam-macam Biaya dan Penerimaan

Macam-macam Biaya.

BIAYA (COST)
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
Beban (expense) adalah biaya yang dibebankan (matched) dengan pendapatan (revenue) dalam suatu periode akuntansi.
Obyek Biaya (Cost Object) adalah unit atau aktivitas dimana biaya diakumulasikan dan diukur. Unit atau aktivitas itu dapat berupa: produk, order, departemen, divisi, proyek.
Macam-macam Biaya (cost)
Biaya Pabrikasi :
-Biaya Langsung : Biaya yang langsung dalam proses produksi suatu barang, bahan baku, dll.
-Biaya Tidak Langsung : Biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi
Biaya Non-pabrikasi :
-Biaya Pemasaran yaitu biaya yang diperlukan untuk memperoleh pesanan dan menyediakan produk bagi pelanggan
-Biaya Administrasi yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi dan menyediakan dukungan bagi karyawan
Departemen :
-Common Cost (Biaya bersama) yaitu biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa oleh dua departemen atau lebih.
-Joint Cost (Biaya Gabungan) yaitu biaya yang terjadi dalam proses produksi yang menghasilkan dua atau lebih produk jadi.
Periode Akuntansi :
-Capital Expenditure (Belanja Modal) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
-Revenue Expenditure (Pengeluaran Pendapatan) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat pada periode akuntansi yang sama dan dicatat sebagai beban.
Volume Produksi :
-Biaya Tetap (FC) : Biaya yang tidak bertambah seiring dengan pertambahan produksi.
-Biaya Variabel (VC) : Biaya yang bertambah seiring dengan pertambahan produksi.
a)Total Biaya (TC) keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi sampai terciptanya barang.
Rumus : TC = TFC + TVC
b)Biaya Perunit (AC) : Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 unit barang jadi.
Rumus : AC = TC / Q
Q ialah Produk.
c)Biaya Marginal (MC) : Tambahan biaya karena menambah 1 unit barang yang diproduksi
Biaya Eksplisit : Biaya yang kelihatan dalam proses produksi
Biaya Implisit : Biaya yang tidak kelihatan dalam proses produksi namun sebenarnya ada dan dikeluarkan
Penerimaan dan Keuntungan
Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi seorang produsen. Jadi pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi penerimaan diistilahkan revenue.

Penerimaan Total (TR = Total Revenue)
Penerimaan total adalah jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil penjualan sejumlah produk (barang yang dihasilkan). Cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit. Jika dirumuskan sebagai berikut:
TR = Q x P
Keterangan:
TR = Penerimaan total perusahaan
Q = Jumlah produk yang dihasilkan
P = Harga jual per unit

Penerimaan Rata-rata (AR = Average Revenue)
Penerimaan rata-rata adalah penerimaan per unit produk yang terjual. Untuk menghitung penerimaan rata-rata dapat dilakukan dengan cara membagi penerimaan total dengan jumlah produk (barang) yang terjual. Jika dirumuskan sebagai berikut :
AR = TR/Q
Keterangan:
AR = penerimaan rata-rata
TR = penerimaan total
Q = jumlah produk yang dihasilkan

Penerimaan Marginal (MR = Marginal Revenue)
Penerimaan Marginal Revenue adalah penerimaan tambahan dari adanya tambahan per unit produk yang terjual. Cara menghitung penerimaan marginal dengan membagi tambahan penerimaan total dengan tambahan jumlah produk yang terjual. Jika dirumuskan sebagai berikut :
MR=TR/Q
Keterangan:
MR=penerimaan marginal
TR=tambahan penerimaan total
Q =tambahan jumlah produk yang dihasilkan




Produksi merupakan konsep arus (flow consept), bahwa kegiatan produksi diukur dari jumlah barang-barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu, sedangkan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan tidak berubah.
Fungsi Produksi
Fungsi Produksi adalah fungsi yang menggambarkan hubungan teknis antara input dan output.
Model matematis yang menunjukkan hubungan antara jumlah faktor produksi (input) yang digunakan dengan jumlah barang atau jasa (output) yang dihasilkan.
Fungsi Produksi Total (Total Product): TP
TP ? Q = f(L, K); L = tenaga kerja, K = Modal
Produksi rata-rata (Average Product): AP
APL = TP/L atau APK = TP/K
Produksi Marjinal (Marginal Product): MP
MPL = ?TP/?L atau MPK = ?TP/?K
Asumsi dasar untuk menjelaskan fungsi produksi ini adalah berlakunya “The Law Of Diminishing Return” yang menyatakan bahwa apabila suatu input ditambahkan dan input-input lain tetap, maka tambahan output dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan mula-mula menaik, tapi pada suatu tingkat tertentu akan menurun jika input tersebut terus ditambahkan. Jadi dalam hukum ini ada 3 tingkat produksi :
a.       produksi total dengan increasing returns,
b.      produksi total dengan decreasing returns, dan
c.        produksi total yang semakin menurun.
Marginal Physical Product (MPP) adalah tambahan output yang dihasilkan sebagai akibat dari penamabahan 1 unit input.
Marginal Physical Product disebut juga dengan The Law Diminishing Marginal Product. Kurva Total Physical (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total pada berbagai tingkat penggunaan input variable. Kurva Marginal Physical Product adalah kurva yang menunjukkan tambahan dari input physical product yang disebabkan oleh penhggunaan tambahan 1 unit input variable.
Kurva Averege Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata perunit input variable pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
Produksi Optimal
Penentuan pola produksi optimal merupakan masalah yang penting dalam suatu perusahaan, karena menjadi dasar bagi perusahaan dalam menentukan dan merencanakan kebutuhan dan tingkat produksi perusahaan. Ada tiga macam pola produksi yaitu: pola produksi konstan, pola produksi bergelombang dan pola produksi moderat. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil ramalan penjualan dan untuk mengetahui pola produksi optimal yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan.
Dalam melakukan analisis data yang ada dalam perusahaan yang sesuai dengan pokok permasalahan , maka teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis incremental cost yaitu suatu analisis yang mempertimbangkan biaya-biaya tambahan yang muncul dalam proses produksi dari masimg-masing alternative pola produksi yang ada. Biaya-biaya yang dipertimbangkan adalah biaya simpan, biaya lembur, biaya perputaran tenaga kerja dan biaya subkontrak. Sedangkan untuk menentukan pola penjualan yang ada dalam perusahaan dilakukan ramalan penjualan dengan metode exponential smoothing Alpha 0.5.
Least Cost Combination
Isoquant atau Isoproduct Curve adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara berbagai kemungkinan 2 input variabel dengan tingakat output tertentu atau Kurva yang menghubungkan titik kombinasi input untuk menghasilkan tingkat output yang sama.
Marjinal Rate of Technical Substitution (MRTS)
Jumlah input L yang dapat disubstitusikan terhadap input K agar tingkat output yang dihasilkan tidak berubah. Menunjukkan tingkat penggantian marjinal yang semakin kecil sepanjang pergerakan ke bawah kurva isooquant.

Kendala Anggaran Produsen (Kurva Isocost)
Isocost atau Garis Ongkos sama adalah kombinasi faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah ongkos tertentu. Untuk menggambar Isocost ini harus diketahui uang tersedia dan harga masing-masing factor produksi/input.
Anggaran tertinggi yang mampu disediakan produsen untuk membeli input yang digunakan dalam proses produksi dihubungkan dengan harga input.
PKK + PLL = C atau
PKK + PLL = C
Kombinasi Input Variabel Biaya Terendah (Least Cost Combination)
Terjadi pada titik singgung antara kurva isoquant dengan kurva isocost.
Kondisi penggunaan input variabel yang dapat meminimumkan biaya.

PERILAKU KONSUMEN

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produkdan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang. 
  
‘--------------------------------------------------------------------------------

Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen

1.Pendekatan Konsumen Oridinal
Pendekatan konsumen Ordinal adalah pendekatan yang daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah :
1.Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya
2.Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering
3.Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.
Kelemahan pendekatan konsumen ordinal yaitu terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dari satu kepuasan.Pada umunya kenyataan pengukuran semacam ini sulit untuk dilakukan karena tidak flexible dan jarang dilakukan.
2.Pendekatan Konsumen Kardinal
Pendekatan konsumen Kardinal adalah daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal Pada pendekatan Kardinal terdapat beberapa asumsi yang dapat digunakan untuk menunjukan bahwa tingka konsumennya,yaitu :
1. Konsumen Rasional, konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya.
2. Diminshing marginal utility, tambahan utilitas yang diperoleh konsumen makin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari komoditas tersebut
3. Pendapatan konsumen tetap
4. Uang mempunyai nilai subyektif yang tetap Dan juga asumsi dasar dari Pendekatan Konsumen Kardinal adalah :
a) Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
b) Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan
c) Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan
d) Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.

KONSEP ELASTISITAS

Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga.

2.2. Elastisitas Permintaan
Pada dasarnya ada 3 hal yang mempengaruhi,yaitu :
Elastisitas harga Permintaan
Elastisitas Silang
Elastisitas Pendapatan

2.2.1 Elastisitas harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan adalah suatu alat/konsep yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan/ respon perubahan jumlah/ kualitas barang yang dibeli sebagai akibat perubahan faktor yang mempengaruhi.
Elastisitas harga permintaan merupakan perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun Dan sebaliknya.

Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri. Elastisitas harga(Ep) mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen.
Elastisitas harga ini besar indeksnya/koefisiennya dapat kurang dari, sama dengan lebih besar dari satu Dan merupakan angka mutlak (absolute), sehingga permintaannya dapat dikatakan :
Tidak elastisitas (in elastic)
Unitari (unity) dan
Elastis (elastic)
Ada tiga bentuk elastisitas harga permintaan:
Apabila perubahan harga mengakibatkan perubahan yang lebih besar dari jumlah barang yang diminta, disebut dengan elastisitas yang elastis (elastic), dimana besar koefisiennya adalah lebih besar dari satu (Eh>1). Bentuk kurva permintaannya lebih landai.
 Apabila persentase perubahan harga sama besarnya dengan persentase perubahan jumlah barang yang diminta, disebut dengan elastisitas yang unity (unitari), dimana besar koefisiennnya adalah sama dengan satu (eh=1), bentuk kurva permintaannya membentuk sudut 45 derajat dari titik asal.
Apabila persentase perubahan harga mengakibatkan perubahan kenaikan jumlah barang yang diminta yang lebih kecil,disebut dengan elastisitas yang in elastic dimana besar keofisiennya lebih kecil dari satu (Eh<1). Bentuk kurva permintaannya lebih vuram..
Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan, yaitu :

Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic)
Ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlah barang yang diminta terhadap harga.
Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic)
Ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil.
Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan
Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan :
Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut
Jenis barang dan pola preferensi konsumen
Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut.
Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang
Elastisitas akan besar jika :

terdapat banyak barang subsitusi yang baik
harga relatif tinggi
ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain

Elastisitas umumnya akan kecil, jika:
benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain
barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah.
Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan.
2.2.2 Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand)
Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain. Elastisitas silang (Ec) mengukur persentase perubahan permintaan suatu barang sebagai akibat perubahan harga barang lain sebesar satu persen.
Untuk mengukur besarnya kepekaan permintaan suatu barang jika harga barang lain yang berubah, yaitu harga barang yang ada kaitanya dengan barang tersebut yang berupa barang komplementer dan dapat berupa barang subtitusi.
2.2.3 Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand)
Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumen akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perubahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan.
Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan pendapatan.
2.3 Elastisitas Penawaran
Didefinisikan sebagai ukuran kepekaan jumlah penawaran suatu barang dengan harga barang itu sendiri. Elastisitas penawaran mengukur persentase perubahan jumlah penawaran yang terjadi akibat persentase perubahan harga. Sebagai contoh, jika harga sebuah barang naik 10%, jumlah penawarannya naik 20%, maka koefesien elastisitas permintaannya adalah 20%/10% = 2. (Case & Fair, 1999: 119).
Koefisien elastisitas penawaran
Koefisien elastisitas penawaran dapat dihitung menggunakan rumus berikut :


2.3.1 Elastisitas Harga Penawaran
(The Price Elasticity of Suply)
Sama hal dengan perhatian elastisitas harga pada permintaan, maka pengertian elastisitas harga pada penawaran, diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perubahan harga, penghitungan elastisitas harga penawaran sama dengan penghitungan pada elastisitas harga permintaan, hanya saja perbedaan pengertian jumlah barang diminta diganti dengan jumlah barang yang ditawarkan.Elastistas harga ditunjukkan dalam bentuk persentase perubahan atas kuantitas yang ditawarkan sebagai akibat dari satu persen perubahan harga.
Ada lima jenis elastisitas harga penawaran :
Penawaran tidak elastis sempurna : elastisitas = 0. Penawaran tidak dapat ditambah pada tingkat harga berapapun, sehingga kurva penawaran (S) akan terlihat vertikal.
Penawaran tidak elastis : elastisitas < 1. Perubahan penawaran lebih kecil dari perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran.
Penawaran uniter elastis : elastisitas = 1. Perubahan penawaran sama dengan perubahan harga.
Penawaran elastis : elastisitas > 1. Perubahan penawaran lebih besar dari perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif besar terhadap penawaran.
Penawaran elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Perusahaan dapat menyuplai berarapun kebutuhan pada satu tingkat harga tertentu. Perusahaan mampu menyuplai pada biaya per unit konstan dan tidak ada limit kapasitas produksi.
Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan :
a. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
b. Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut
c. Jenis barang dan pola preferensi konsumen
d. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut.

Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang.
Elastisitas akan besar bilamana :
terdapat banyak barang subsitusi yang baik
harga relatif tinggi
ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain
Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana :
benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain
barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah.
Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan.

2.3.2. Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand)
Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan.

2.3.3. Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand)
Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan.
Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan,Faktor Penentu Elastisitas Penawaran
Dua faktor yang peting dalam menentukan elasisitas penawaran berbagai
barang, yaitu :

a. Sifat Perubahan Biaya Produksi
Penawaran akan tidak bersifat elastis apabila kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Bila biaya tambahan yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi, penawaran akan bersifat elastis.

b. Jangka Waktu Analisis
Dalam menganalisis pengaruh waktu kepada elastisitas penawaran, dibedakan
atas 3 jenis jangka waktu, yaitu :
1) Masa sangat singkat, yaitu : masa waktu dimana para penjual tidak
dapat merubah penawarannya (penawaran bersifat tidak elastis sempurna).
2) Jangka Pendek, dimana kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak
dapat ditambah, kenaikan produksi dilakukan dengan cara menggunakan faktor-faktor produksi secaa lebih intensif. (penawaran
bersifat tidak elastis)
3) Jangka Panjang, produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dapat
dengan mudah ditambah dalam jangka panjang (penawaran bersifat
sumber :
http://yasinta.wordpress.com/2008/07/30/elastisitas-permintaan-dan-penawaran/
http://id.wikipedia.org/wiki/Elastisitas_penawaran
http://faizulmubarak.wordpress.com/2009/11/04/bab-iii-konsep-elastisitas-penawaran-dan-permintaan/

Selasa, 02 April 2013



1. Pengertian Protokol
Sebelum membahas lebih jauh tentang pengertian dari masing-masing layer dalam protokol, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu protokol dalam sebuah Jaringan Komputer ?.

Protokol adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur atau mengijinkan terjadinya hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer.
Protokol dapat diterapkan pada perangkat keras, perangkat lunak atau kombinasi dari keduanya. Pada tingkatan yang terendah, protokol mendefinisikan koneksi perangkat keras.
Prinsip dalam membuat protokol ada tiga hal yang harus dipertimbangkan, yaitu efektivitas, kehandalan, dan Kemampuan dalam kondisi gagal di network. Protokol distandarisasi oleh beberapa organisasi yaitu IETF, ETSI, ITU, dan ANSI.
Tugas yang biasanya dilakukan oleh sebuah protokol dalam sebuah jaringan diantaranya adalah :
  • Melakukan deteksi adanya koneksi fisik atau ada tidaknya komputer / mesin lainnya.
  • Melakukan metode “jabat-tangan” (handshaking).
  • Negosiasi berbagai macam karakteristik hubungan.
  • Bagaimana mengawali dan mengakhiri suatu pesan.
  • Bagaimana format pesan yang digunakan.
  • Yang harus dilakukan saat terjadi kerusakan pesan atau pesan yang tidak sempurna.
  • Mendeteksi rugi-rugi pada hubungan jaringan dan langkah-langkah yang dilakukan selanjutnya.
  • Mengakhiri suatu koneksi.
2. Pengertian Model Osi Layer
Pengertian model OSI (Open System Interconnection) adalah suatu model konseptual yang terdiri atas tujuh layer, yang masing-masing layer tersebut mempunyai fungsi yang berbeda.
OSI dikembangkan oleh badan Internasional yaitu ISO (International Organization for Standardization) pada tahun 1977.
Model ini juga dikenal dengan model tujuh lapis OSI (OSI seven layer model). Berikut dibawah ini merupakan gambar dari model OSI 7 Layer

Definisi masing-masing Layer pada model OSI

1. Application adalah Layer paling tinggi dari model OSI,  seluruh layer dibawahnya bekerja untuk layer ini, tugas dari application layer adalah Berfungsi sebagai antarmuka dengan aplikasi dengan fungsionalitas jaringan.
Mengatur bagaimana aplikasi dapat mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesan kesalahan. Protokol yang berada dalam lapisan ini adalah HTTP, FTP, SMTP, NFS.

  2. Presentation berfungsi untuk mentranslasikan data yang hendak ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang dapat ditransmisikan melalui jaringan.
Protokol yang berada dalam level ini adalah perangkat lunak redirektor (redirector software), seperti layanan Workstation (dalam windows NT) dan juga Network shell (semacam Virtual network komputing (VNC) atau Remote Dekstop Protokol (RDP).

 3. Session Berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi dapat dibuat, dipelihara, atau dihancurkan. Selain itu, di level ini juga dilakukan resolusi nama.

 4. Transport Berfungsi untuk memecah data ke dalam paket-paket data serta memberikan nomor urut ke paket-paket tersebut sehingga dapat disusun kembali pada sisi tujuan setelah diterima.
Selain itu, pada level ini juga membuat sebuah tanda bahwa paket diterima dengan sukses (acknowledgement), dan mentransmisikan ulang terhadap paket-paket yang hilang di tengah jalan.

 5. Network Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat header untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing melalui internetworking dengan menggunakan router dan switch layer3.
  
6. Data Link Befungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data dikelompokkan menjadi format yang disebut sebagai frame. Selain itu, pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow control, pengalamatan perangkat keras seperti halnya Media Access Control Address (MAC Address), dan menetukan bagaimana perangkat-perangkat jaringan seperti hub, bridge, repeater, dan switch layer2 beroperasi.
Spesifikasi IEEE 802, membagi level ini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control (LLC) dan lapisan Media Access Control (MAC).

7. Physical adalah Layer paling bawah dalam model OSI, berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi jaringan, metode pensinyalan, sinkronisasi bit, arsitektur jaringan (seperti halnya Ethernet atau Token Ring), topologi jaringan dan pengabelan.
Selain itu, level ini juga mendefinisikan bagaimana Network Interface Card (NIC) dapat berinteraksi dengan media kabel atau radio.

3. Cara Kerja Model OSI

Cara Kerja : Pembentukan paket dimulai dari layer teratas model OSI.
Aplication layer megirimkan data ke presentation layer, di presentation layer data ditambahkan header dan atau tailer kemudian dikirim ke layer dibawahnya, pada layer dibawahnya pun demikian, data ditambahkan header dan atau tailer kemudian dikirimkan ke layer dibawahnya lagi, terus demikian sampai ke physical layer.
Di physical layer data dikirimkan melalui media transmisi ke host tujuan.
Di host tujuan paket data mengalir dengan arah sebaliknya, dari layer paling bawah kelayer paling atas.
Protokol pada physical layer di host tujuan mengambil paket data dari media transmisi kemudian mengirimkannya ke data link layer, data link layer memeriksa data-link layer header yang ditambahkan host pengirim pada paket,  jika host bukan yang dituju oleh paket tersebut maka paket itu akan di buang, tetapi jika host adalah yang dituju oleh paket tersebut maka paket akan dikirimkan ke network layer, proses ini terus berlanjut sampai ke application layer di host tujuan.
Proses pengiriman paket dari layer ke layer ini disebut dengan “peer-layer communication”.

3. Pengertian TCP/IP

TCP/IP (Transmission Control Protokol / Internet Protokol ) adalah standar komunikasi data yang digunakan oleh komunitas internet dalam proses tukar-menukar data dari satu komputer ke komputer lain di dalam jaringan Internet.
Protokol TCP/IP dikembangkan pada akhir dekade 1970-an hingga awal 1980-an sebagai sebuah protokol standar untuk menghubungkan komputer-komputer dan jaringan untuk membentuk sebuah jaringan yang luas (WAN).
TCP/IP merupakan sebuah standar jaringan terbuka yang bersifat independen terhadap mekanisme transport jaringan fisik yang digunakan, sehingga dapat digunakan di mana saja.

4. Definisi Masing-masing Layer pada model TCP/IP

1. Application merupakan Layer paling atas pada model TCP/IP, yang bertanggung jawab untuk menyediakan akses kepada aplikasi terhadap layanan jaringan TCP/IP.
Protokol ini mencakup protokol Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP), Domain Name System (DNS), Hypertext Transfer Protocol (HTTP), File Transfer Protocol (FTP), Telnet, Simple Mail Transfer Protocol (SMTP), Simple Network Management Protocol (SNMP), dan masih banyak protokol lainnya.
Dalam beberapa implementasi Stack Protocol, seperti halnya Microsoft TCP/IP, protokol-protokol lapisan aplikasi berinteraksi dengan menggunakan antarmuka Windows Sockets (Winsock) atau NetBios over TCP/IP (NetBT).

2. Transport berguna untuk membuat komunikasi menggunakan sesi koneksi yang bersifat connection-oriented atau broadcast yang bersifat connectionless.
Protokol dalam lapisan ini adalah Transmission Control Protocol (TCP) dan User Diagram Protocol (UDP).

3. Internet berfungsi untuk melakukan pemetaan (routing) dan enkapsulasi paket-paket data jaringan menjadi paket-paket IP.
Protokol yang bekerja dalam lapisan ini adalah Internet Protocol (IP), Address Resolution Protocol (ARP),Internet control Message Protocol (ICMP), dan Internet Group Management Protocol (IGMP).

4. Network Interface berfungsi untuk meletakkan frame – frame jaringan di atas media jaringan yang digunakan.
TCP/IP dapat bekerja dengan banyak teknologi transport, mulai dari teknologi transport dalam LAN (seperti halnya Ethernet dan Token Ring), Man dan Wan (seperti halnya dial-up model yang berjalan di atas Public Switched Telephone Network (PSTN), Integrated Services Digital Network (ISDN), serta Asynchronous Transfer Mode (ATM).


Penjelasan mengenai Command Interpreter

Command Interpreter adalah Sebuah program yang membaca perintah textual dari pengguna atau dari file dan mengeksekusinya. Beberapa perintah dapat dieksekusi langsung dalam interpreter itu sendiri (misalnya variabel pengaturan atau konstruksi kontrol) dan dapat menyebabkan memuat atau menjalankan file lainnya.

Interpreter UNIX disebut shells.

Di beberapa Sistem Operasi Command Interpreter telah termasuk dalam kernel. Seperti Windows Xp
dan Unix memperlakukkan command interpreter sebagai program khusus yang berjalan ketika pekerjaan dimulai atau ketika pengguna login pertama.

Sebagai contoh, pada UNIX atau Linux ada beberapa shells yang berbeda, pengguna dapat memilih seperti bourne shell, c shell, bourne-again shell, dan korn shell. Sebagian besar shell menyediakan fungsionalitas yang sama dan hanya sedikit perbedaan kecil, sebagian pengguna memilih shell berdasarkan preferensi pribadi.

Fungsi utama dari command interpreter adalah untuk mendapatkan dan menjalankan user command berikutnya. Banyak perintah untuk memanipulasi file yaitu: create, delete, list, copy, print, execute dan masihbanyak lagi. Shell MS-DOS dan UNIX beroperasi seperti itu.Contohnya, ketika UNIX mengetikkan command untuk menghapus file rm file.txt. maka, komputer akan mencari file yang bernama rm, lalu memuat file ke memori dan menjalankan file dengan parameter txt. fungsi yang berhubungan dengan rm akan didefinisikan sepenuhnya oleh kode di file rm. dengan cara ini, dapat membantu programer dalam men-create atau mendelete file.

Contoh command interpreter di Windows adalah command promt dan di linux xterm atau konsole.


ALGORITMA PENJADWALAN



Abstrak
Paper ini membicarakan tentang penjadwalan proses untuk manajemen proses yang mengelola proses-proses yang datang. Penjadwalan proses ini akan menentukan proses mana dulu dan berapa lama proses tersebut akan mendapatkan pelayanan dari CPU. Penjadwalan proses dapat dilakukan dengan beberapa algoritma penjadwalan, dan setiap algoritma memiliki kaunggulannya masing-masing. Algoritma yang dibahas dalam paper ini adalah algoritma penjadwalan Multilevel Queue, Multilevel Feedback Queue dan algoritma penjadwalan Guaranteed yang menerapkan strategi preemptive berdasarkan prioritas dinamis. Selain itu akan dibahas juga algortima penjadwalan Processor Jamak (Multiple Processor Schedulling) sebagai pembanding dengan algoritma penjadwalan yang lain dimana pada penjadwalan ini dibutuhkan dua processor dalam melakukan sebuah penjadwalan pada suatu proses. Dalam paper ini juga akan dijelaskan kelemahan serta kelebihan masing – masing Algoritma Penjadwalan.














I.                   Pendahuluan
           Sekarang ini, perkembangan komputer sudah sangat pesat dan banyak digunakan dalam bidang kehidupan. Seringkali pengguna komputer hanya menggunakan komputer untuk menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi tanpa tahu bagaimana computer memprosesnya. Seperti halnya tentang sistem operasi yang merupakan interface antara pengguna dengan perangkat keras computer sehingga kita tidak dirumitkan rincian-rincian pengoperasian perangkat keras.
           Sistem operasi melakukan beragam tugas, salah satu tugas yang paling penting adalah manajemen proses, dimana mengelola semua proses aktif dan mengalokasikan sumber daya ke proses-proses itu sesuai kebijaksanaan yang diambil untuk memenuhi sasaran kinerja. Untuk memutuskan proses yang harus berjalan, kapan dan selama berapa lama proses itu berjalan maka diperlukan suatu teknik penjadwalan yang efektif.
           Ada berbagai macam teknik penjadwalan proses dengan keunggulannya masing-masing dan yang dibahas adalah penjadwalan Multilevel Queue, penjadwalan Multilevel Feedback Queue, dan penjadwalan Guaranteed yang akan dibandingkan dengan teknik penjadwalan yang paling berbeda yaitu penjadwalan Prosessor Jamak (Multiple Processor)
           Tujuan penelitian ini adalah membahas dan menganalisis lebih rinci tentang penjadwalan Multilevel Queue, Multilevel Feedback Queue, penjadwalan Guaranteed, penjadwalan Prosessor Jamak dan perancangan simulasi untuk menggambarkan kinerja teknik penjadwalan tersebut seta mengulas beberapa kelemahan dan keunggulan masing – masing algoritma penjadwalan.

II.                Landasan Teori
Sebagaimana di ketahui Penjadwalan adalah fungsi dasar dari sistem operasi, semua resource komputer di jadwalkan sebelum digunakan.
Penjadwalan CPU adalah pemilihan proses dari Ready Queue untuk dapat di eksekusi. Penjadwalan CPU di dasarkan pada sistem operasi yang menggunakan prinsip Multiprogramming, yaitu beberapa proses berjalan dalam suatu waktu.

Penjadwalan bertugas memutuskan :
a.       Proses yang harus berjalan.
b.      Kapan dan selama berapa lama proses itu berjalan.
Dalam penjadwalan proses, ada pertimbangan untuk menjalankan penjadwalan diantaranya :
1.      Berpindah dari keadaan running ke waiting
2.      Berpindah dari keadaan running ke ready (interrupt)
3.      Berpindah dari waiting ke ready (completion I/O)
4.      Selesai.
Pada saat CPU Idle, sistem operasi harus memilih proses yang ada dalam memori utama (Ready Queue) dan mengalokasikan CPU untuk mengeksekusinya. Setiap proses dalam ready queue harus mengantri sebelum mendapat giliran eksekusi dalam CPU.
Setelah mempelajari konsep dasar algoritma penjadwalan proses ini, mahasiswa di harapkan akan mampu :
a.       Memahami konsep tentang dasar-dasar penjadwalan pada CPU.
b.      Memahami kriteria apa saja yang di perlukan untuk penjadwalan pada CPU.
c.       Memahami beberapa algoritma penjadwalan pada CPU.

III.             Pembahasan
Penjadwalan proses adalah kumpulan kebijasanaan dan mekanisme pada sistem operasi berkenaan dengan urutan kerja yang dilakukan sistem komputer. Penjadwalan bertugas memutuskan proses yang harus berjalan, kapan, dan selama berapa lama proses itu berjalan.
Kriteria – kriteria yang dilakukan untuk mengukur dan optimasi kinerja penjadwalan antara lain:
1.      Adil (fairness)
2.      Efisiensi
3.      Waktu tanggap (response time)
4.      Turn around time
5.      Through put.

A.    Algoritma Penjadwalan
1.         Multilevel Queue Schedulling
Dari gambar di atas terlihat bahwa akan terjadi pengelompokan proses-proses berdasarkan prioritasnya. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa seolah-olah algoritma dengan prioritas yang dasar adalah algoritma multilevel queue dimana setiap queue akan berjalan dengan algoritma First Come First Served (FCFS) yang memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu, dalam prakteknya, algoritma multilevel queue memungkinkan adanya penerapan algoritma internal dalam masing-masing sub-antriannya, yang bisa memiliki algoritma internal yang berbeda untuk meningkatkan kinerjanya. Berawal dari priority scheduling, algoritma ini pun memiliki kelemahan yang sama dengan priority scheduling, yaitu sangat mungkin bahwa suatu proses pada queue dengan prioritas rendah bisa saja tidak mendapat jatah CPU. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu caranya adalah dengan memodifikasi algoritma ini dengan adanya jatah waktu maksimal untuk tiap antrian, sehingga jika suatu antrian memakan terlalu banyak waktu, maka prosesnya akan dihentikan dan digantikan oleh antrian dibawahnya, dan tentu saja batas waktu untuk tiap antrian bisa saja sangat berbeda tergantung pada prioritas masing-masing antrian.


2.      Multilevel Feedback Queue Schedulling
Multilevel feedback queue adalah salah satu algoritma yang berdasar pada algoritma multilevel queue. Perbedaan mendasar yang membedakan multilevel feedback queue dengan multilevel queue biasa adalah terletak pada adanya kemungkinan suatu proses berpindah dari satu antrian ke antrian lainnya, entah dengan prioritas yang lebih rendah ataupun lebih tinggi, misalnya pada contoh berikut:
a.      Semua proses yang baru datang akan diletakkan pada queue 0 ( quantum= 8 ms).
b.      Jika suatu proses tidak dapat diselesaikan dalam 8 ms, maka proses tersebut akan dihentikan dan dipindahkan ke queue 1 ( quantum= 16 ms).
c.       Queue 1 hanya akan dikerjakan jika tidak ada lagi proses di queue 0, dan jika suatu proses di queue 1 tidak selesai dalam 16 ms, maka proses tersebut akan dipindahkan ke queue 2.
d.      Queue 2 akan dikerjakan bila queue 0 dan 1 kosong, dan akan berjalan dengan algoritma FCFS.
Disini terlihat bahwa ada kemungkinan terjadinya perpindahan proses antar queue, dalam hal ini ditentukan oleh time quantum, namun dalam prakteknya penerapan algoritma multilevel feedback queue akan diterapkan dengan mendefinisikan terlebih dahulu parameter-parameternya, yaitu:

a.      Jumlah antrian.
b.      Algoritma internal tiap queue.
c.       Aturan sebuah proses naik ke antrian yang lebih tinggi.
d.      Aturan sebuah proses turun ke antrian yang lebih rendah.
e.      Antrian yang akan dimasuki tiap proses yang baru datang.

3.      Guaranteed Schedulling
Algoritma penjadwalan ini memberikan daya pemroses yang sama untuk membuat dan menyesuaikan kinerja. Algoritma yang memiliki kinerja yang cukup bagus akan menjanjikan kelangsungan yang baik pula. Misalnya ada X pemakai, maka setiap proses atau pemakai akan mendapatkan 1/X dari daya pemroses CPU. Untuk mewujudkannya, system harus selalu menyimpan informasi tentang jumlah waktu CPU untuk semua proses sejak login dan juga harus selalu menyimpan informasi tentang berapa lama pemakai sedang login. System harus tahu berapa CPU time untuk meyakinkan bahwa setiap pengguna mendapatkan jatah waktu menggunakan CPU sesuai haknya dan juga berapa CPU time yang diperlukan oleh setiap proses 1 pengguna serta berapa CPU time yang diperlukan oleh tiap-tiap pengguna.
Misalkan ada 5 pengguna, seperti pada table berikut:
Pengguna
CPU Time
A
5
B
4
C
8
D
1
E
2

Total waktu yang digunakan untuk mengakses kelima pengguna tersebut adalah 20ms, sehingga diharapkan tiap pengguna mendapatkan 20/5=4 ms. Kenyataannya, mulai sejak login sampai saat ini tiap-tiap pengguna telah mendapatkan CPU seperti pada table berikut. Rasio antara CPU yang diperoleh sampai saat ini (actual) dengan CPU tang seharusnya diperoleh (4 ms) dapat dicari dengan:
Pengguna
CPU Aktual
Rasio
A
3
3/4=0.75
B
6
6/4=1.5
C
2
2/4=0.5
D
1
1/4=0.25
E
1
1/4=0.25




Dapat dilihat bahwa Pengguna A memiliki rasio 0.75, artinya A baru mendapatkan ¾ dari jatah waktu yang seharusnya diterima. Pengguna B memiliki rasio 1.5, artinya B mendapatkan 1.5 waktu dari jatah yang seharusnya didapatkan. Algoritma ini menjalankan proses dengan rasio yang paling rendah dulu sampai proses tersebut mendapatkan rasio melebihi rasio proses yang sebelumnya mempunyai rasio satu tingkat labih tinggi darinya.
4.      Multiple Processor Schedulling
Untuk mempertinggi kinerja, kehandalan, kemampuan komputasi, paralelisme, dan keekonomisan dari suatu sistem, tambahan prosesor dapat diimplementasikan ke dalam sistem tersebut. Sistem seperti ini disebut dengan sistem yang bekerja dengan banyak prosesor (prosesor jamak atau multiprocessor). Seperti halnya pada prosesor tunggal, prosesor jamak juga membutuhkan penjadwalan. Namun pada prosesor jamak, penjadwalannya jauh lebih kompleks daripada prosesor tunggal karena pada prosesor jamak memungkinkan adanya load sharing antar prosesor yang menyebabkan penjadwalan menjadi lebih kompleks namun kemampuan sistem tersebut menjadi lebih baik. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari penjadwalan pada prosesor jamak berhubung sistem dengan prosesor jamak akan semakin banyak digunakan karena kemampuannya yang lebih baik dari sistem dengan prosesor tunggal.

Jenis – jenis Multiple Processor Schedulling
a.       Penjadwalan Mater/Slave
Pendekatan pertama untuk penjadwalan prosesor jamak adalah penjadwalan asymmetric multiprocessing atau bisa disebut juga sebagai penjadwalan master/slave. Dimana pada metode ini hanya satu prosesor( master) yang menangani semua keputusan penjadwalan, pemrosesan M/K, dan aktivitas sistem lainnya dan prosesor lainnya ( slave) hanya mengeksekusi proses. Metode ini sederhana karena hanya satu prosesor yang mengakses struktur data sistem dan juga mengurangi data sharing. Dalam teknik penjadwalan master/slave, satu prosesor menjaga status dari semua proses dalam sistem dan menjadwalkan kinerja untuk semua prosesor slave. Sebagai contoh, prosesor master memilih proses yang akan dieksekusi, kemudian mencari prosesor yang available, dan memberikan instruksi Start processor. Prosesor slave memulai eksekusi pada lokasi memori yang dituju. Saat slave mengalami sebuah kondisi tertentu seperti meminta M/K, prosesor slave memberi interupsi kepada prosesor master dan berhenti untuk menunggu perintah selanjutnya. Perlu diketahui bahwa prosesor slave yang berbeda dapat ditujukan untuk suatu proses yang sama pada waktu yang berbeda.
Gambar 15.1. Multiprogramming dengan multiprocessor
Multiprogramming dengan multiprocessor

Gambar di atas mengilustrasikan perilaku dari multiprocessor yang digunakan untuk multiprogramming Beberapa proses terpisah dialokasikan di dalam memori. Ruang alamat proses terdiri dari halaman-halaman sehingga hanya sebagian saja dari proses tersebut yang berada dalam memori pada satu waktu. Hal ini memungkinkan banyak proses dapat aktif dalam sistem.
b.      Penjadwalan Symmetric Multiprocessing (SMP)
Penjadwalan SMP ( Symmetric multiprocessing) adalah pendekatan kedua untuk penjadwalan prosesor jamak. Dimana setiap prosesor menjadwalkan dirinya sendiri ( self scheduling). Semua proses mungkin berada pada antrian ready yang biasa, atau mungkin setiap prosesor memiliki antrian ready tersendiri. Bagaimanapun juga, penjadwalan terlaksana dengan menjadwalkan setiap prosesor untuk memeriksa antrian ready dan memilih suatu proses untuk dieksekusi. Jika suatu sistem prosesor jamak mencoba untuk mengakses dan meng- update suatu struktur data, penjadwal dari prosesor-prosesor tersebut harus diprogram dengan hati-hati; kita harus yakin bahwa dua prosesor tidak memilih proses yang sama dan proses tersebut tidak hilang dari antrian. Secara virtual, semua sistem operasi modern mendukung SMP, termasuk Windows XP, Windows 2000, Solaris, Linux, dan Mac OS X.
c.       Affinity
Data yang paling sering diakses oleh beberapa proses akan memadati cache pada prosesor,sehingga akses memori yang sukses biasanya terjadi di memori cache. Namun, jika suatu proses . berpindah dari satu prosesor ke prosesor lainnya akan mengakibatkan isi dari cache memori yang dituju menjadi tidak valid, sedangkan cache memori dari prosesor asal harus disusun kembali populasi datanya. Karena mahalnya invalidating dan re-populating dari cache, kebanyakan sistem SMP mencoba untuk mencegah migrasi proses antar prosesor sehingga menjaga proses tersebut untuk berjalan di prosesor yang sama. Hal ini disebut afinitas prosesor ( processor affinity). Ada dua jenis afinitas prosesor, yakni:
·         Soft affinity yang memungkinkan proses berpindah dari satu prosesor ke prosesor yang lain, dan
·         Hard affinity yang menjamin bahwa suatu proses akan berjalan pada prosesor yang sama dan tidak berpindah. Contoh sistem yang menyediakan system calls yang mendukung hard affinity adalah Linux.
d.      Load Balancing
Dalam sistem SMP, sangat penting untuk menjaga keseimbangan workload antara semua prosesor untuk memaksimalkan keuntungan memiliki multiprocessor. Jika tidak, mungkin satu atau lebih prosesor idle disaat prosesor lain harus bekerja keras dengan workload yang tinggi. Load balancing adalah usaha untuk menjaga workload terdistribusi sama rata untuk semua prosesor dalam sistem SMP. Perlu diperhatikan bahwa load balancing hanya perlu dilakukan pada sistem dimana setiap prosesor memiliki antrian tersendiri( private queue) untuk proses-proses yang berstatus ready. Pada sistem dengan antrian yang biasa ( common queue), load balancing tidak diperlukan karena sekali prosesor menjadi idle, prosesor tersebut segera mengerjakan proses yang dapat dilaksanakan dari antrian biasa tersebut. Perlu juga diperhatikan bahwa pada sebagian besar sistem operasi kontemporer mendukung SMP, jadi setiap prosesor bisa memiliki private queue. Ada dua jenis load balancing, yakni:
·         Push migration, pada kondisi ini ada suatu task spesifik yang secara berkala memeriksa load dari tiap-tiap prosesor. Jika terdapat ketidakseimbangan, maka dilakukan perataan dengan memindahkan( pushing) proses dari yang kelebihan muatan ke prosesor yang idle atau yang memiliki muatan lebih sedikit.
·         Pull migration, kondisi ini terjadi saat prosesor yang idle menarik( pulling) proses yang sedang menunggu dari prosesor yang sibuk.
Kedua pendekatan tersebut tidak harus mutually exclusive dan dalam kenyataannya sering diimplementasikan secara paralel pada sistem load-balancing.
Keuntungan dari affinity berlawanan dengan keuntungan dari load balancing, yaitu keuntungan menjaga suatu proses berjalan pada satu prosesor yang sama dimana proses dapat memanfaatkan data yang sudah ada pada memori cache prosesor tersebut berkebalikan dengan keuntungan menarik atau memindahkan proses dari satu prosesor ke prosesor lain. Dalam kasus system engineering, tidak ada aturan tetap keuntungan yang mana yang lebih baik. Walaupun pada beberapa sistem, prosesor idle selalu menarik proses dari prosesor non-idle sedangkan pada sistem yang lain, proses dipindahkan hanya jika terjadi ketidakseimbangan yang besar antara prosesor.
e.      Symetric Multithreading
Ide dari SMT adalah untuk menciptakan banyak logical processor dalam suatu physical processor yang sama dan mempresentasikan beberapa prosesor kepada sistem operasi. Setiap logical processor mempunyai state arsitekturnya sendiri yang mencangkup general purpose dan machine state register. Lebih jauh lagi, setiap logical prosesor bertanggung jawab pada penanganan interupsinya sendiri, yang berarti bahwa interupsi cenderung dikirimkan ke logical processor dan ditangani oleh logical processor bukan physical processor. Dengan kata lain, setiap logical processor men- share resource dari physical processor-nya, seperti chace dan bus.
Gambar 15.2. Symetric Multithreading
Symetric Multithreading 
Gambar di atas mengilustrasikan suatu tipe arsitektur SMT dengan dua physical processor dengan masing-masing punya dua logical processor. Dari sudut pandang sistem operasi, pada sistem ini terdapat empat prosesor. Perlu diketahui bahwa SMT adalah fitur yang disediakan dalam hardware, bukan software, sehingga hardware harus menyediakan representasi state arsitektur dari setiap logical processor sebagaimana representasi dari penanganan interupsinya. Sistem operasi tidak perlu didesain khusus jika berjalan pada sistem SMT, akan tetapi performa yang diharapkan tidak selalu terjadi pada sistem operasi yang berjalan pada SMT. Misalnya, suatu sistem memiliki 2 physical processor, keduanya idle, penjadwal pertama kali akan lebih memilih untuk membagi thread ke physical processor daripada membaginya ke logical processor dalam physical processor yang sama, sehingga logical processor pada satu physical processor bisa menjadi sibuk sedangkan physical processor yang lain menjadi idle.
f.        Multicore Multiprocessor
Multicore microprocessor adalah kombinasi dua atau lebih prosesor independen kedalam sebuah integrated circuit(IC). Umumnya, multicore mengizinkan perangkat komputasi untuk memeragakan suatu bentuk thread level paralelism(TLP) tanpa mengikutsertakan banyak prosesor terpisah. TLP lebih dikenal sebagai chip-level multiprocessing.
Gambar 15.3. Chip CPU dual-core
Chip CPU dual-core
Keuntungan:
·         Meningkatkan performa dari operasi cache snoop (bus snooping). Bus snooping adalah suatu teknik yang digunakan dalam sistem pembagian memori terdistribusi dan multiprocessor yang ditujukan untuk mendapatkan koherensi pada cache. Hal ini dikarenakan sinyal antara CPU yang berbeda mengalir pada jarak yang lebih dekat, sehingga kekuatan sinyal hanya berkurang sedikit. Sinyal dengan kualitas baik ini memungkinkan lebih banyak data yang dikirimkan dalam satu periode waktu dan tidak perlu sering di- repeat.
·         Secara fisik, desain CPU multicore menggunakan ruang yang lebih kecil pada PCB ( Printed Circuit Board) dibanding dengan desain multichip SMP.
·         Prosesor dual-core menggunakan sumber daya lebih kecil dibanding sepasang prosesor dual-core.
·         Desain multicore memiliki resiko design error yang lebih rendah daripada desain single-core.
Kerugian:
·         Dalam hal sistem operasi, butuh penyesuaian kepada software yang ada untuk memaksimalkan kegunaan dari sumberdaya komputasi yang disediakan oleh prosesor multicore. Kemampuan prosesor multicore untuk meningkatkan performa aplikasi juga bergantung pada penggunaan banyaknya thread dalam aplikasi tersebut.
·         Dari sudut pandang arsitektur, pemanfaatan daerah permukaan  silikon dari desain single-core lebih baik daripada desain multicore.
·         Pengembangan chip multicore membuat produksinya menjadi menurun karena semakin sulitnya pengaturan suhu pada chip yang padat.

B.     Evaluasi Algoritma Penjadwalan CPU
a.       Model deterministik (analisis langsung)
·         SJF à kurang dari setengah waktu tunggu rata algoritma FCFS
·         RR à nilai tengah-tengah
b.      Model pengantrian (Queueing model)
c.       Implementasi (simulasi) : biaya tinggi


IV.             Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita dapat menarik sebuah kesimpulan tentang beberapa algoritma yang sudah dibahas, yaitu:
1.      Multilevel Queue. Algoritma ini membagi beberapa antrian yang akan diberi prioritas berdasarkan tingkatan. Tingkatan lebih tinggi menjadi prioritas utama.
2.      Multilevel Feedback Queue. Pada dasarnya sama dengan Multilevel Queue, yang membedakannya adalah pada algoritma ini diizinkan untuk pindah antrian.
3.      Guaranted Schedulling. Algoritma ini akan menjalankan proses dengan rasio terendah sampai dengan rasio proses di atas pesaingnya.
4.      Multiple Processing. Pada algoritma ini dibutuhkan dua prosessor yang digunakan untuk melakukan proses penjadwalan.

V.                Referensi
2.      Hariyanto, Bambang, Ir, “Sistem Operasi”, Edisi Kedua, Informatika, Bandung, 1997.
3.      Hariningsih, SP, “Sistem Operasi”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2003.
4.      Stalling, William, “Operating System”, 2nd Edition, Prenticell Hall International Editions, USA, 1995.